Page 56 - Al Ashri edisi 44
P. 56
OPINI
SYUKRI RIFA’I
Guru MI Pembangunan UIN Jakarta
Islam dan
Semangat Literasi
slam sejatinya adalah sebuah sistem hidup (ayat) pertama yang disampaikan Jibril kepada
yang sangat fundamental dan holistik (syumul). Muhammad Saw. adalah “Iqra” yang berarti
IKarena itu Islam tak hanya dipahami sebagai “bacalah”. Meskipun Muhammad Saw. adalah
sebuah kumpulan ritualitas monolitik semata, yang seorang ummiy (tidak bisa membaca dan menulis),
hanya sekadar mengurusi ‘ubudiyyah kepada Tuhan perintah itu menegaskan manusia memang harus
(hablumminallah). Lebih dari itu, Islam memiliki membaca sebagai kunci utama menghimpun
cetak biru kehidupan beserta deskripsi praktikal pengetahuan dan bekal mengawal amanah tugas
yang diperuntukkan manusia sebagai wakil Tuhan khalifah. Dengan turunnya kelima ayat itu, Tuhan
di muka bumi (khalifah). melalui rasul-Nya telah memerintahkan manusia
Sebagai khalifah, tentunya Allah telah mem- untuk belajar membaca dan menulis.
bekali manusia dengan beragam potensi diri. Pada hakikatnya, perintah “bacalah” ini memiliki
‘Senjata utama’nya berupa akal berimplikasi logis makna filosofi mendalam bila ditinjau dari aspek
pada curiosity yang tinggi melebihi makhluk pendidikan. Karena dengan membaca, maka realitas
ciptaan Allah lainnya. Potensi ini pada dasarnya makna di balik ciptaan Tuhan bisa dipahami secara
untuk diaktualisasikan dan diejawantahkan dalam utuh. Membaca dalam aneka maknanya adalah
kehidupan sosial. Dan, agar akal dapat digunakan pra-syarat (pre-requisite) dalam pengembangan
dalam kapasitas optimal dan dalam koridor yang ilmu dan teknologi, bahkan major requisite dalam
benar maka manusia mendesain pendidikan. membangun peradaban.
Akal sebagai hardware manusia dalam Sejarah mencatat semua peradaban yang
kapasitasnya sebagai khalifah tentu tak akan berhasil dan bertahan lama, justru dimulai dari
berfungsi jika program software’nya berupa ilmu bacaan. Peradaban Yunani dimulai dari “Illiad”
belum dipasang. Dari sini jelas bahwa ilmu memiliki karya Homer di abad ke-9 sebelum Masehi. Ia
posisi tinggi dalam khazanah Islam. Bahkan, Tuhan berakhir dengan hadirnya Kitab Perjanjian Baru.
telah menggaransi derajat orang berilmu dan orang Kebangkitan Eropa dengan gelombang aufklarung
beriman lebih tinggi dibandingkan manusia lainnya. dan gerakan renaissance dimulai dengan karya Isaac
Newton (1641-1727) dan berakhir dengan filsafat
Landasan Fundamental Hegel (1770-1831). Peradaban Islam pun ditandai
Berbicara pendidikan dalam konteks Islam dengan kehadiran Muhammad Saw. yang diberi
tentunya berkaitan dengan tujuan pendidikan itu mu’jizat berupa Al-Qur’an.
sendiri. Pendidikan itulah yang ‘memanusiakan’ Di samping itu, Suwito dan Fauzan (2008: 212)
manusia. Dengan kata lain, pendidikan yang memaknai membaca sebagai upaya pencanangan
mengenalkan manusia dengan tugasnya sebagai dan pemberantasan buta huruf, sebagai gerakan
khalifah yang memegang amanah Tuhan di dunia. literasi dan tindakan awal dalam membebaskan umat
Pada manusia jugalah dicita-citakan sesuatu yang manusia dari ketidaktahuan. Ditinjau dari aspek
ditanamkan oleh pendidikan. Hasan Langgulung sejarah, hal ini sejalan dengan kondisi masyarakat
(1995: 46) bahkan menegaskan tujuan utama Arab kala wahyu pertama ini diturunkan, secara garis
pendidikan Islam adalah adalah pembentukan besar masih buta huruf dan diwarnai kebodohan
karakter khalifah itu. dalam segala aspek kehidupan.
Proses kegiatan pendidikan Islam itu sendiri
sesungguhnya telah dimulai sejak wahyu pertama Misi Profetik
turun, yaitu surat Al-‘Alaq ayat 1-5. Kalimat Dimensi kesuksesan Muhammad Saw. salah
54 edisi 44isi 44
ed