Page 57 - Al Ashri edisi 44
P. 57
OPINI
satunya adalah dalam bidang pendidikan. Secara pula. Tentunya dengan memiliki kemampuan
historis gerakan literasi dalam Islam bukan sekadar baca tulis akan mampu mengangkat harkat
konseptual belaka, tetapi juga praktikal. Memang, mereka di samping kekuatan iman yang mereka
Muhammad Saw. adalah seorang yatim piatu miliki. Pada sisi inilah, penulis melihat Rasulullah
yang tak pernah mengenyam pendidikan sekolah memiliki pandangan bahwa gerakan literasi untuk
yang mengajarkannya baca tulis, tapi beliau memajukan peradaban umat Islam adalah sebuah
sangat menekankan pentingnya pendidikan untuk keniscayaan dan kebutuhan yang mendesak.
meningkatkan kualitas manusia. Tercatat bahwa Dengan demikian, bukan sesuatu yang aneh
Muhammad Saw. pernah mengutus Mush’ab bin jika di fase awal perkembangan Islam, bahkan sejak
Umair ke Yatsrib pasca Traktat (Bai’at) Aqabah zaman Muhammad Saw., lembaga pendidikan Islam
pertama. Ia mengemban misi advokasi dan telah muncul dan variatif. Saat itu rumah al-Arqam
pendampingan untuk Suku Khazraj dan Suku Aus bin Abi al-Arqam (Dar al-Arqam) tercatat sebagai
– penduduk pribumi Yatsrib – sebagai pengondisian lembaga pendidikan Islam pertama. Pusat pendidikan
sebelum Rasulullah dan kaum muslimin Mekah Islam bukan lembaga beku dan statis, ia berkembang
berhijrah. Di Yatsrib, Mush’ab mengajarkan baca menurut kehendak waktu dan kedinamisan sosial.
Al-Qur’an dan ajaran Islam. Masjid, kuttab, suffah, juga menjadi sentra pendidikan
Dalam buku ‘Muhammad SAW: The Super yang muncul di masa nabi sebelum era madrasah.
Leader Super Manager’ karya M. Syafii Antonio Pasca kelahiran madrasah, lembaga pendidikan kian
(2008: 183) disebutkan bahwa Rasulullah sangat menjamur, masif dan beragam.
memperhatikan dunia pendidikan dan mendorong
umatnya untuk terus belajar. Beberapa kebijakannya Tanggung Jawab Bersama
selaku pemimpin selalu berpihak kepada pendidikan Khaldun mencatat bahwa pada awal kedatangan
dan pemberdayaan umat. Sekadar contoh, ketika Islam, orang-orang Quraisy yang pandai membaca
kaum muslimin berhasil menawan sejumlah dan menulis hanya berjumlah 17 orang (Maksum,
pasukan musyrik Quraisy dalam Perang Badar, 1999; 54). Dalam perkembangannya, saat penganut
beliau membuat kebijakan bahwa para tawanan Islam kian banyak, tersebar dan makin kuat,
tersebut dapat bebas kalau mereka membayar terdapat kebutuhan untuk mendidik guru, untuk
tebusan atau mengajarkan baca tulis kepada warga perkembangan ilmu, dan kebutuhan-kebutuhan
Madinah. Kebijakan strategis ini cukup ampuh masyarakat yang lebih maju.
untuk mempercepat terjadinya transformasi ilmu Dalam konteks kekinian, semakin luas
pengetahuan di kalangan kaum muslim. pembacaan otomatis membuat peradaban semakin
Selain kasus itu, dalam segala kegiatan Nabi Saw. tinggi. Estafeta misi profetik untuk memajukan
acap kali melibatkan para sahabat dan guru yang pendidikan kini di tangan setiap umat manusia
bisa baca tulis. Ketika berdiskusi, di kala perang, saat itu sendiri. Sebagaimana pemaparan di atas, peran
perundingan perdamaian, membangun hubungan sebagai khalifatullah fil ardh diemban oleh semua
bilateral ke negera lain, ataupun dalam misi manusia sebagai konsekuensi dari potensi keilmuan
menyebarkan ajaran Islam itu sendiri. Mu’az bin dan akal yang telah dihadiahkan Tuhan.
Jabal misalnya pernah diutus ke Yaman sebagai duta Peradaban maju manusia saat ini merupakan hasil
Rasulullah. Orang-orang yang menjadi utusan Nabi mempelajari peradaban masa lalu. Transformasi ini jelas
Saw. tentunya adalah yang memiliki kompetensi tak dimulai dari titik nol, hal ini amat dimungkinkan
dalam ajaran Islam dan mampu mengajarkannya. terjadi karena kemampuan baca-tulis. Dengan
Rasulullah juga pernah menyuruh para sahabat demikian, ‘membaca’ merupakan pre sekaligus major
mempelajari bahasa Ibrani dan Suryani untuk requisite bagi keberhasilan dan kemajuan peradaban
menuliskan surat-suratnya, diantara sahabat yang manusia. Dan tugas ini merupakan tanggung jawab
melakukannya adalah Zaid bin Tsabit. kita bersama sebagai ‘wakil’ Tuhan di muka bumi.
Sebagaimana diketahui, sebagian pengikut Sebagai ikhtitam, penulis nukilkan ayat pertama
Muhammad Saw. pada masa awal Islam adalah Surah Al-‘Alaq; “Bacalah dengan menyebut nama
orang-orang miskin, bekas budak, dan kaum Tuhanmu yang menciptakan”.
mustadh’afin lainnya yang perlu diberdayakan.
Kemungkinan karena latar belakang ekonomi
dan sosial meraka yang lemah, berimplikasi pada Tulisan pernah dimuat di Harian Pelita Edisi 11
akses mereka terhadap dunia pendidikan lemah September 2014
edisi 44isi 44 55
ed